Inggris Menatap Ekonominya Dengan Mantap di Tahun 2018.
Di kala 40 tahun lalu, Ian Dury dan Blockheads tengah merilis harapan ekonomi Inggris dengan optimis di masa depan setelah Margaret Thatcher terpilih untuk memimpin Inggris sebagai perdana menteri pasca musim dingin yang penuh dengan ketidakpuasan ekonomi.
Terlepas dengan kemunduran politik Inggris yang terjadi di tahun lalu, memasuki 2018 ini beberapa orang memandang ekonomi Inggris akan lebih baik dimana resesi ekonomi pasca referendum Brexit tidak kunjung terjadi, dimana juga konsumen Inggris tetap tenang dan terus melakukan pengeluarannya disertai pula ada dukungan dari perekonomian zona euro yang bangkit dan membantu produsen asal Inggris.
Sebelumnya terjadi banyak ancaman seperti stabilitas ekonomi yang muali dipertanyakan karena perundingan Brexit yang tidak kunjung usai, disertai pula tekanan standar hidup yang makin menurun dan lambannya penciptaan lapangan kerja, diiringi pula situasi politik dalam negeri Inggris, kesemuanya ini memaksa perusahaan-perusahaan Inggris melakukan penundaan investasi yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas.
Para pengusaha di sektor industri menuntut pemerintah Inggris untuk segera menyelesaikan persyaratan masa transisi dengan Uni Eropa selambat-lambatnya Maret ini. Jika batas waktu tersebut terlewatkan, maka mereka akan dipaksa membuat keputusan yang bisa menimbulkan konsekuensi negatif bagi pekerjaan dan investasi.
Sebetulnya pada awal setiap tahun, ekonom dunia akan membuat prediksi dimana ada beberapa alasan untuk setidaknya menjadi sedikit ceria tentang ekonomi Inggris di tahun ini dengan beberapa peringatan kesehatan ekonomi juga. Menurut ekonom dunia, bahwa perekonomian Inggris diperkirakan tidak akan melamban, namun memang di tahun ini pertumbuhan Inggris akan menjadi yang terburuk di dalam liga OECD.
Dengan kondisi Brexit, diperkirakan pertumbuhan Inggris di 2018 bisa mencapai 1,5%, namun bila tanpa Brexit laju PDB Inggris bisa mencapai 2% di tahun ini. Bahkan menurut konsultan Capital Economics bahwa laju PDB Inggris tahun ini bisa 2,2% dengan melihat beberapa alasan bahwa ketahanan di antara konsumen untuk terus hidup dalam keterbatasan harus segera diakhiri. Perkiraan tersebut lebih baik daripada perkiraan dari Menteri Keuangan Inggris Phillip Hammond yang memperkirakan pertumbuhan 2018 hanya 1,4% sesuai anggaran yang diajukannya akhir bulan lalu.
Seberapa usangnya perusahaan atau produsen Inggris di tahun lalu, akan sedikit demi sedikit hilang di tahun ini karena semua itu akan diangkat oleh membaiknya atau pulihnya ekonomi Eropa dan dunia. Produsen Inggris akan mendapatkan keuntungan pula karena ada bantuan dari melemahnya nilai mata uangnya pound sterling sejak Brexit lalu sehingga barang-barang produksi Inggris lebih kompetitif.
Mungkin masalah yang akan dihadapi sektor industri dan bisnis di Inggris adalah masalah inflasi yang tinggi dan pertumbuhan gaji yang lamban serta ketidakpastian investasi akibat dari belum tuntasnya perundingan Brexit. Itu semua dapat menahan laju pertumbuhannya.
Sepertinya daya tawar gaji di tahun ini bisa membaik seiring dengan akan terbatasnya imigran Eropa yang mencari kerja di Inggris akibat Brexit. Namun sepertinya akan perlahan terjadinya, itupun dengan catatan kenaikan suku bunga Inggris juga harus ditunda agar nilai gaji mereka juga masih ada akibat dari kenaikan hipoteknya.
Sumber Berita: Reuters, SignalTrading78 , CNBC, BBC, Guardian, Bloomberg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar