Dollar Australia Tertahan Karena Inflasi China , BoJ Bangkitkan Yen.
SignalTrading78 - Pada perdagangan pasar uang Asia Pasifik hingga jelang siang hari ini, secara umum dolar AS atau greenback langsung mengalami tekanan dari mata uang utama Asia khususnya dari yen dengan ada pengaruh dari munculnya usaha bank sentral Jepang yang mengurangi paket stimulusnya sebagai pertanda akan berakhirnya kebijakan ultra-ringannya.
Sejauh ini USDJPY untuk sementara berada di level 112,30 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 112,64. Untuk AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7821 dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,7823. Untuk yuan, atau USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,5309 setelah tadi pagi ditutup di level 6,5343.
Secara garis besar memang dolar AS masih bertahan di perdagangan kali ini dengan berusaha menghindari tekanan lebih lanjut dan lebih besar dari mata uang utama Asia Pasifik tersebut, setelah suku bunga the Fed naik di pertengahan bulan lalu dan tetap akan naik di tahun ini minimal sebanyak 3 kali lagi seusai pernyataan dari notulen Fed meeting yang terakhir dan hasil dari beberapa data ekonomi AS terkini yang terus mendukung kenaikan suku bunga tersebut.
Pekan lalu muncul data tenaga kerja AS terakhir di tahun lalu, terlaporkan bahwa kondisi tenaga kerja dianggap masih baik berkat adanya dukungan dari pemotongan pajak yang baru disetujui pada akhir bulan lalu. Dampak reformasi fiskal menurut ketua penasehat ekonomi Presiden Trump, Kevin Hasset, akan membuat sisi pertumbuhan upah para pekerja AS membaik di tahun ini sehingga tekanan inflasi juga akan meninggi.
Hal ini juga dipertegas oleh Goldman Sachs bahwa pertumbuhan upah AS bisa meningkat di tahun ini berkat produktivitas ekonominya yang membaik sehingga Goldman Sachs memperkirakan suku bunga the Fed bisa naik 4 kali di tahun ini. Hal ini juga didukung oleh lolosnya UU pajak, di mana sebagian besar perusahaan di AS memberikan tambahan bonus serta kenaikan upah di tahun ini, sehingga partisipasi pajak yang baru ini positif bagi kenaikan inflasi.
Namun bank sentral Jepang sudah mulai mengurangi pembeliaan kembali aset-asetnya, khususnya obligasi jangka panjangnya, sehingga hal ini membuat yen untuk sementara menguat. Kebijakan ini menandakan bahwa bank sentral Jepang sudah mulai menormalkan kebijakan moneternya, seperti yang dilakukan sebagian besar bank sentral utama dunia.
BoJ mengurangi paket stimulusnya sebesar 5% atau sekitar ¥10 trilyun di kala pembelian obligasi jangka pajang 10 tahun dan 15 tahun, sehingga diperkirakan awal tahun depan, BoJ bisa meningkatkan suku bunganya. Hal inilah yang membuat yen terus menguat sejak kemarin.
Dolar Australia sendiri tertahan kenaikannya setelah data inflasi China ternyata mengalami penurunan meskipun harga minyak dunia terus mengalami kenaikan. Sisi pergerakan mata uang Australia ini sering berkait langsung dengan kondisi ekonomi China karena sebagian besar kegiatan ekonomi Australia khususnya di sektor tambang mempunyai pasar ekspor hasil tambang Australia yaitu Asia, khususnya ke China.
Sumber Berita: Reuters , SignalTrading78
Tidak ada komentar:
Posting Komentar